Update

July 3, 2017

Evil Dragon Against The Heaven - Buku 1 : Eternal Moment Of Destiny ~ Prolog

TL : IndomieSedap

Editor : Sunggi

Jika ada salah kata maupun Typo bisa langsung komentar di bawah sini

Trimakasih


Buku 1 : Eternal Moment Of Destiny

Prolog

Universitas Beijing, merupakan institusi pembelajaran tertinggi di negara China yang terletak di utara pusat kota Beijing. Setelah menempuh ujian yang sangat sulit serta kerja keras selama beberapa ratus tahun, kini telah memiliki sejarah yang tidak sedikit dan budaya serta memiliki  peranan penting dalam revolusi institusi pembelajaran tinggi di seluruh dunia. Sekarang, kuliah di Unversitas Beijing merupakan mimpi serta kehormatan bagi seluruh rakyat di China

Disana terdapat taman yang indah milik keluarga kerajaan, juga terdapat pemandangan indah Jianan dengan kecantikan yang tidak biasa. Kampus yang memiliki tower kayu kuno,  pohon-pohon dengan dedaunan yang rimbun memberi naungan, taman yang terang, terang dengan warna yang tidak biasa yang dapat menggerakkan langkah, pavilion atau gazebo-gazebo yang terlihat klasik serta halus dan air yang mengelilingi disekitar gunung-gunung.

Di musim panas yang terik kali ini, banyak orang yang berlalu lalang dengan semangat menambah suasana menjadi lebih panas. Hari ini adalah salah satu sesi dari penerimaan di universitas Beijing yang mana membuat lalu lintas manusia sangat padat tetapi tidak terlihat kacau. Hampir semua mahasiswa baru (MABA) yang  diterima di universitas Beijing memiliki orang tua atau sanak saudara menemani mereka, namun DIA sendirian.

Dengan penampilan luar terlihat berumur sekitar 17-18 th, wajah yang menonjol( Ganteng), tubuh yang tinggi, sambal berjalan pelan dan kepala yang sedikit naik menunjukkan raut wajah penuh akan kebanggaan, terdapat rambut yang terjatuh di depan  dahinya, alisnya yang seperti sebuah lukisan.

Dibelakang kakinya terdapat koper yang tidak terlalu besar yang dia bawa sambal berjalan pelan. Dia memiliki penampilan yang menarik, apalagi senyumannya dan pandangan mata yang terkadang dapat menembus pikiran seseorang yang membuat dia  memiliki sebuah daya tarik yang sangat kuat hingga membuat mulut berdiam tak bisa berkata-kata.

Dia tidak seperti mahasiswa baru di kampus yang mana terlihat dengan wajah bahagia serta takjub akan pemandangan kampus baru mereka. Dia tidak terlihat sedikitpun kacau dari awal hingga akhir dan dia hanya tersenyum. Dia mulai menaikkan kepalanyan sedikit dan memandang lurus kedepan serta mulai berpikir dengan sedikit terdapat rasa sedih ……”Akhirnya, aku sampai di sini”

“ Hallo mas, kalo boleh tanya, asrama dengan kamar nomor 39 arah mana ya mas?........Loh kamu mahasiswa baru juga disini?”

Dikejutkan dengan suara dari belakang, dia melihat kebelakang dan menemukan seorang pemuda kurus dengan wajah seperti kutu buku. Dia tidak terlalu tinggi maupun tidak terlalu pendek tetapi apabila dilihat dia hanya berbeda setengah kepala.Ditangannya dia menarik sebuah koper yang mana lebih kecil dua kali dari tas yang dia pakai dipunggungnya. Jelas bahwa pemuda kurus dengan kopernya memiliki reaksi sama saat aku tanya tentang arah seperti MABA( Mahasisiwa baru) lain.

“ Saya juga sedang mencari kamar nomor 39, ternyata kita satu tempat ya?” Dia membalas dengan senyum santai.

Sepertinya senyum lemah berpengaruh pada pemuda kurus tadi, dia dengan cepat mengangguk-anggukan kepalanya dan maju beberapa langkah, “ iya,…itu benar nama saya Liu Hua, fakultas Virtual Elektron.”

“Ye Tian Xie, fakultas yang sama.” Dia membalas dengan senyum santai.

Ye Tian Xie? Nama yang aneh. Liu Hua pikir. Dengan sangat senang dia berkata,’’ waaah ini merupakan takdir, kita bertemu serta memiliki kamar yang sama adalah takdir, benarkan”
Lantai dasar sekolah universitas Beijing sangatlah luas. Berjalan-jalan dalam waktu lama pun tidak dapat menjelajahi setengahnya. Akhirnya mereka sampai di area asrama. Selama perjalanan Liu Hua selalu mendapatkan topik untuk pembicaraan. Meskipun Ye Tian Xie selalu menjawab pertanyaannya, dia tidak pernah berinitiatif untuk memulai percakapan mereka. Selama perjalanan dia hanya melhat kedepan dengan wajah tenang seperti sedang melihat sesuatu. Mungkin ini merupakan kebiasaannya.

“Hallo, senior! Kalau boleh tanya, arah jalan menuju asrama dengan kamar nomor 39 dimana?” Liu Hua mencari kesempatan bertanya dengan sopan ke senior berkacamata dengan jelas.

“Oh, kamu jalan aja lewati danau disana, setelah itu jalan lagi lewati dua bangunan. Kelihatannya lebih baik saya antarkan aja kamu kesana, struktur bangunan disini sangatlah rumit. Kamu membutuhkan waktu banyak untuk hafal jalan disini. Ayo ikut aku.” Pemuda berkacamata membenarkan posisi kacamatanay lalu berjalan kedepan.

“Terima kasih senior.”

“Sama-sama. Ayo ikuti aku.”

Di dalam universitas Beijing terdapat 16 danau dangkal. Meskipun dimusim panas,masih ada angin bertiup sepoi-sepoi. Angin-angin itu datang dari arah sisi sebelah danau yang dapat mendatangkan kesenangan dan ketenangan untuk hati apabila kena.Cabang pohon willow yang berwarna giok hijau diatas permukaan danau bergoyang ketika terkena angin sepoi-sepoi. Terkadang daun dari pohon willow melayang jatuh pelan ke permukaan danau dan permukaan danau sedikit bergetar sebentar.

Tiupan angin yang sepoi-sepoi yang bertiup lembut, sekejap terdapat kilauan dari sisik ikan. Cahaya serta bayangang yang saling bergantian membuat keindahan meraka bertambah satu sama lain.
Langkah Liu Hua berhenti sejenak. Tubuhnya berhenti tidak dapat bergerak, dia melepaskan tangannya secara tidak sadar dari koper yang dia bawa. Meskipun saat koper tebal dan berat itu jatuh mengenai kakinya, dia tidak dapat kembali ke kesadarannya.

Keanehan ini mebuat Ye Tian Xie berhenti dan ikut memandang earah Liu Hua memandang, pandang yang biasanya tenang seperti air, memantulkan sebuah pandang yang luar biasa. Didalam hatinya dia berguman.  “ Pantas….”

Ditepi danau, berdiri seorang gadis idaman yang tenang dengan memakai baju biru pucat. Dia sangat ramping dan anggun dengan sosok yang anggun mengenakan rok yang tertutup dengan beberapa kain sutra halus berwarna silver dibagian luar, seperti awan yang sedang menutupi rok nya dari luar.

Dengan angin yang sepoi-sepoi membuat riak dipermukaan, diwaktu yang sama rambut yang seperti air terjun menjulang hingga pinggangnya berayun yang mencerminkan sebuah kesempurnaan penuh serta ditambah dengan lesung pipinya layaknya salju. Keanggunanya bahkan dapat menahan seluruh dunia. Dari lokasi tersebut, mereka hanya bisa melihat gadis tersebut dari sisi yang berlawanan dari background yang sangat bagus dan indahnya pemandangan sisi sungai. Namun, satu pandangan melihat gadis tersebut dapat membuat hati setiap orang bergetar layaknya getaran dari melemparkan batu besar ke sebuah danau tenang.

Kecantikan gadis tersebut dan kecantikan wanita biasa sangatlah tidak sama. Tentu saja dia memiliki sebuah keanggunan , kesucian, kemurnian yang agung seperti kecantikan yang sangat memukau dari bidadari surga. Gadis tersebut dengan tenang berdiri di tepi danau seperti dewi air yang baru saja muncul dari tepi air. Melihat gadis tersebut melahirkan sebuah mimpi dengan perasaan indah.

Meskipun dia hanya muncul di dunia fana, namun begitu tidak ada seorang pun yang dapat menyamai statusnya di dunia ini. Dari jauh kulit yang seperti es dan salju lembut terlihat seperti batu giok, berkilau indah seperti kristal air. Sebaliknya dengan matahari di musim  panas yang menyilaukan, gadis tersebut mengingatkan kita terhadap cahaya bulan yang tenang. Bibirnya yang berwarna merah cherry…tidak peduli jika bentuk alisnya laksana bulan sabit atau matanya yang segar dari pupilnya atau pipi yang bersih layaknya giok halus, lekukan bibirnya, semua itu membuatnya berbeda diantara semua wanita. Dia pasti memiliki kemapuan untuk melepaskan semua hal yang tidak murni pada dirinya.

“Peri…bidadari….” Ruh dari Liu Hua telah melayang, matanya melebar melihatnya, pandangannya seperti sedang bermimpi dan melihat seseorang dengan bayangan hitam dan tak ada. Sejak dari masa kecil dia tidak pernah terpaku memandang seperti ini.

Pemuda dengan kacamata juga terpaku beberapa saat, lalu setelah itu dia kembali kesadarannya lalu disaat yang sama di melihat ke Liu Hua dan merangkulnya dengan tangannya lalu berkata,”Berbaliklah dan ayo  asrama mu disana.”

“Uuhhh…..a?” Liu Hua barusan bangun dari mimpinya. Dia dengan satu tangan menarik pemuda berkacamata dan berkata pelan-pelan,” Se…senior, bidadari itu….ah tidak….mbak disana…..mbak disana namanya siapa?”

Sudah kuduga pemuda berkacamata tau tentang dewi ini, namun dia menganggukan kepala dan berkata dengan tenang,” dia….dia hanya datang untuk melihat-lihat, kamu tidak perlu mengetahui namanya, jangan mencoba-coba berpikir apapun tentangnya, tanpa ragu kita seharusnya tidak berkeinginan aneh-aneh terhadapnya. Jika kamu memiliki keinginan mati maka kamu bisa mencoba.”

“Lah….apakah dia memiliki pacar atau memiliki…..background atau dukungan yang besar?” Liu Hua bertanya. Disaat waktu yang sama hatinya merasa akan kekosongan. Bidadari yang dari satu pandangan dapat membuat orang-orang terpaku, coba pikirkan saja siapa yang tidak mau akan perhatian darinya. Bahkan setelah mengetahui  mimpi itu adalah keinginan pikiran dan selamanya tidak akan pernah terwujud, tetapi jika perempuan ini benar-benar ditakdirkan….didalam hati Liu Hua pasti masih ada beberapa sakit. Dia menahan diri dari melihatnya, takut dia akan terpaku kembali tidak dapat bergerak dari apa yang dia pandang.

“Dia tidak memiliki itu( Pacar atau background)” Pemuda berkacamata sambil membenarkan kacamatanya dan menggelengkan kepala serta berkata,” Hari pertama dia masuk ke universitas Beijing terjadi kekacauan besar. Orang yang ingin mengerjar cintanya sangatlah banyak tak terhitung, diantara meraka pastinya memiliki background atau dukungan. Tetapi setelah itu hanya sedikit sampai tidak ada orang lagi yang berpikir untuk mengejar cintanya. Lihat sebelah sana.”

Melihat dari arah yang ditunjuk dari pemuda berkacamata, dia Liu Hua melihat pria kokoh 10li (1li=500m) dari perempuan tersebut. Kokoh tetapi terlihat jelas bahwa dia gemuk, dia berdiri sesuai dengan pohon willow dengan mata yang setengah terbuka. Dia bukan hanya gemuk tetapi juga memiliki kuatan. Tinggi badannya sangat bagus, jika dilihat dia hampir 2 meter.

“ Si gemuk itu?” Liu Hua bertanya.

Pemuda berkacamata melihat Li Hua dan berkata dengan suara pelan,”…..dia sangat membenci orang yang memanggilanya dengan panggilan seperti itu. Jika dia mendengar panggilan itu mungkin kamu percaya atau tidak, dia pasti akan melemparmu langsung ke danau.”

“Apakah dia……memiliki background atau dukungan yang besar?” Liu Hua menyusutkan lehernya.

“Sifatnya sangatlah terkenal jahat, di seluruh Universitas Beijing, tidak ada yang berani melawannya secara langsung. Terkait dengan backgroundnya….” Pemuda berkacamata itu berkata dengan dengan suara lebih pelan,” juga tidak terlalu jelas….aku dengar dia anak tunggal dari seorang pejabat di China, hanya itu.”

“Ap…Apa?” Mata dari Liu Hua langsung melebar.

“Katanya dia juga mengejar cinta gadis itu tetapi juga ditolak, meskipun dia tidak menggunakan kekuatannya untuk memaksa gadis itu tetapi sejak dia tidak bisa mendapatkannya, dia juga melarang orang untuk mendekati gadis tersebut. Oleh karena itu jangan saja menghampirinya, selama ada satu saja pria yang berkata satu kata pada gadis itu maka pria itu akan bertobat untuk seluruh hidupnya…….duh, ayo jalan, hal-hal seperti ini tanpa aku beritahupun kamu pasti akan tau sendiri. Aku tidak mengetahui sudah berapa banyak mahasiswa baru yang masuk unversitas, melebih-lebihkan diri mereka dan mengerjar cinta gadis itu hanya mendapat kepahitan diakhir.” Pemuda berkacamata itu mendesah.

Liu Hua terdiam. Di China siapa coba yang berani melawan pejabat tinggi senior ….dan siapa coba yang cukup keras kepala melawan anak-anak mereka.

Cukup lama dia terdiam tidak mengatakan satu patah kata pun, ketika itu Ye Tian Xie tiba-tiba, melepaskan kopernya dan bergerak kearah bidadari tersebut.

“Aduuuhhhh Tia Xie!” Liu Hua dengan cepat berusaha menagkapanyanya tetapi dia terkena sesuatu yang aneh yang membuatnya tidak dapat menyentuh tubuh Ye Tian Xie. Tubuh Liu Hua tiba-tba terasa mati rasa semua seperti dia barusaja meninju keras dinding. Pokoknya dia merasa seluruh tubuhnya tidak nyaman. Dalam waktu sebentar Ye Tian Xie sudah sampai di gadis itu.

“ Hai, gadis cantik, bisakah kamu mengantarkanku ke asrama dengan kamar nomor 39?” Ye Tian Xie menaikkan alisnya dan melihat dengan dekat gadis impian laksana bidadari.

Liu Hua dan pemuda berkacamata serasa mereka ingin menabrak dinding. Gerakan yang tidak hati-hati dan ceroboh, ekspresi yang terlihat dimatanya dan cara dia memulai percakapan membuat mereka telah menebak jawaban dari gadis bidadari tesebut. Hal itu membuat gadis itu memandangnya dengan pandangan berbeda dan membuat si gemauk memandang dia seperti hariamu sedang memandang mangsanya serta ingin memukulnya ke danau.

Namun, semua hal itu yang mereka perkirakan tidak terjad. Mereka berdua berekspresi rumit di mata mereka. Perputaran sederhana dari sang bidadari menengok arah lelaki itu menjadi sebuah aib baginya. Bidadari dengan sepnuh muka menghadap arah dia membuat pupil dari Ye Tian Xie meluap dengan bersamaan getaran di dalam ruhnya. Gadis tersebut dengan pelan menaikkan ujung dari bibir halusnya yang merubah itu menjadi irama yang indah.

Pada saat itu, tiba-tiba seluruh kampus terdiam seperti kota hantu. Hanya angina yang menyebabkan pohon willow bergerak yang dapat terdengar. Gadis itu terseyumlemah lembut. Senyum itu sangatlah indah dapat membuat orang yang melihatnya tak dapat menggerakkan pandangan meraka. Banyak orang tidak percaya bahwa gadis tersebut pelan-pelan menaruh tangannya ke salah satu tangan Ye Tian Xie. Bentuk serta putihnya pergelangan tangan gadis itu terlihat sangat bening. Yang lain hanya bisa berimajinasi seperti apa rasanya disentuh tangan selembut itu.

“Aku akan membawamu kesana.” Dia mengambil tangan lelaki itu dan menariknya dengan anggun. Ye Tian xie hanya bisa tersenyum dan mempererat pegangan tanag mereka berdua serta mengambil langkah kedepan.

Kecantikannya yang tak terkatakan dan keanggunannya dari belakang terlihat mulai menghilang. Liu Hua dana pemuda berkacamata terasamati rasa melihat meraka pelan-pelan menghilang dan mereka tercengang sekian lama.

Dan si gemuk tersebut telah berpaling santai dan melihat pemandangan danau Chengze, seperti dia tidak melihat apa yang terjadi barusan.